Mataram- Sejarah kurikulum di Indonesia sudah melalui perjalanan panjang. Perubahan dan pengembangan selalu mengikuti perkembangan zaman. Terbaru, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) hadir sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka. Kurikulum yang memberi keleluasaan kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan belajar peserta didik. Kurikulum Merdeka menerapkan pembelajaran berbasis proyek, untuk mendukung pengembangan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Sabtu, 11 Februari 2023 lalu, para guru dan siswa kelas VII MTs Negeri 2 Mataram, melakukan kunjungan ke Desa Sade dengan agenda belajar menenun.
Kegiatan yang bertajuk, Kunjungan dan Outing Class Implementasi Kurikulum Merdeka Kearifan Lokal (Fase D), diawali dengan membriefing para siswa. Briefing ini dilakukan untuk mengingatkan para siswa terkait aturan kegiatan selama berada di lokasi yang akan dikunjungi. Adapun lokasi-lokasi tersebut, yakni Desa Sade, Kuta Mandalika, dan Pantai Aan dengan agenda berbeda pada tiap lokasinya. Setelah briefing selesai, maka dilanjutkan dengan do’a bersama sebelum bertolak ke Desa Sade.
Pagi itu langit Kota Mataram tak begitu cerah, namun hal tersebut tak mengurangi antusiasme para siswa untuk mengikuti kegiatan. Sebelum keberangkatan pada pukul 08.00 wita, terlihat mereka riang gembira memasuki tiap bus yang telah disiapkan. Saat perjalan menuju Desa Sade pun, mereka bernyanyi bersama diselingi dengan gelak tawa. Sangat terlihat semangat belajar yang jarang kita temui di ruang-ruang kelas.
Sesampai di lokasi cuaca sangatlah cerah. Langit Lombok Tengah seaka-akan menerima para guru dan siswa dengan penuh kehangatan. Ketika masuk di pelataran Desa Sade, Penyambutan warga dimulai dengan terdengarnya suara gamelan atau masyarakat Lombok sering menyebutnya Gendang Beleq. Alat musik tradisional yang dimainkan secara kolektif dengan alat musik lainnya sehingga menghasilkan alunan nada yang khas. Tak hanya itu, penyambutan semakin terasa meriah ketika pepadu (petarung) peresean hadir di tengah para guru dan siswa. Peresean merupakan pertarungan dua orang yang masing-masing pepadu dilengkapi senjata berupa tongkat rotan dan berperisai kulit. Tradisi yang diyakini masyarakat Suku Sasak sebagai ritual meminta hujan saat tiba musim kemarau panjang.
Setelah penyambutan selesai, tibalah pada kegiatan inti, yakni belajar menenun. Para siswa belajar langsung kepada penenun yang ada di Desa Sade. Mereka belajar dari mengenali jenis-jenis benang, motif kain hingga cara menenun. Terlihat mereka begitu menyimak penjelasan para pengerajin terkait langkah-langkah cara menenun. Setelah mendengar penjelasan, mereka secara bergiliran mencoba menenun yang diwakili tiap orang pada masing-masing kelompok yang sudah diatur oleh para guru, kemudian siswa yang lain mendokumentasikannya.
Waktu tak terasa berlalu, kegiatan belajar di Desa Sade pun berakhir. Setelah selesai belajar kepada para penenun dan berfoto ria, kegiatan berlanjut di lokasi berikutnya, yakni Kuta Mandalika. Agenda di sana adalah makan siang dan sholat berjamaah. Mengingat rombongan MTs Negeri 2 Mataram lebih dari dua ratus orang, tentu masjid Di Desa Sade tak dapat menampungnya.
Setelah makan siang dan sholat berjamaah di Masjid Nurul Bilad, Kuta Mandalika, lokasi terakhir yang akan dikunjungi adalah Pantai Aan. Agenda di sana, yaiti menikmati keindahan alam dan melaksanakan outing class lainnya seperti mengetes keahlian para siswa dalam berbahasa Inggris. Para siswa akan mengajak turis asing yang mereka temui untuk diajak berbicara menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, di Aan juga diadakan games seru yang semakin menambah keakraban para siswa.
Waka Kurikulum MTs Negeri 2 Mataram, Faizin, S.PdI, M.Pd menuturkan, “Pelaksanaan kunjungan ke Sade itu merupakan salah satu kegiatan proyek yang diamanatkan oleh Implementasi Kurikulum Merdeka. Dalam Profil Pelajar Pancasila terdapat tujuh tema yang bisa dipilih dan untuk saat ini kami memilih Tema Kearifan Lokal, yaitu menenun.”
Ia menambahkan, latar belakang memilih Tema Karifan Lokal. Lombok adalah daerah pariwisata. Kain Tenun (Kain Sesek) bisa menjadi salah satu cendera mata yang akan dipilih oleh wisatawan, bahwa pernah berkunjung ke Pulau Lombok. Ada nilai ekonomi didalamnya, namun tujuan utama proyek ini adalah memperkenalkan kepada para siswa apa itu kain tenun khas daerahnya. Karena siapa lagi yang akan melestarikan kalau tidak putra-putri asli daerah.
“Pembelajaran bukan hanya fokus pada ruang-ruang kelas, tapi ruang kelas yang lebih luas adalah alam semesta. Di dalamnya terdapat materi pembelajaran begitu beragam dan sarat dengan nilai-nilai. Berangkat dari pandangan semacam itulah maka kami membawa anak-anak kelas VII untuk berkenalan langsung dengan lingkungan sosial budaya masyarakat Sade, Lombok Tengah. Agar anak-anak ini melihat dan mengamati secara langsung pelestarian budaya oleh masyarakat setempat,” tutup Sumber Hadi, S.Ag, M.Ag, Kepala MTs Negeri 2 Mataram.
Tim Humas MTs.N 2 Mataram